Travel Haji Khusus Surabaya

Travel Haji Khusus Surabaya

Travel Haji Khusus Surabaya

Memilih jasa travel tentunya menjadi sebuah hal yang wajib untuk diperhatikan bagi siapa saja yang hendak berencana untuk menunaikan ibadah haji. Pasalnya pemilihan jasa trvel haji amat penting yang berpengaruh juga kepada kejeleasan waktu tunggu keberangkatan. Bayangkan saja apabila Sahabat Haji Plus salah dalam memilih jasa travel dan mengalami penipuan, pastinya Sahabat Haji Plus akan mengalami kendala dalam pelaksanaan ibadah di Tanah Suci. Oleh karena itulah, hendaknya Sahabat Haji Plus berhati – hati pada saat memilih jasa travel haji untuk menunaikan pelaksanaan ibadah haji. Sebelum memilih jasa travel ibadah haji hendaknya Sahabat Haji Plus memastikan terlebih dahulu bahwa jasa travel yang dipilih merupakan jasa travel yang terpercaya dan berpengalaman di bidangnya. Bagi Sahabat Haji Plus yang saat ini sedang mencari jasa travel haji untuk menuniakan ibadah haji ke Tanah Suci, tenang saja dan tak usah khawatir. Pasalanya, jasa travel Annur Maarif Travel telah hadir untuk Sahabat Haji Plus sekalian guna membantu pelaksanaan ibadah haji ke Tanah Suci dengan lancar. Teruntuk Sahabat Haji Plus yang menginginkan pelaksanaan ibadah haji dengan segera tanpa menunggu waktu tunggu keberangkatan yang lama, Sahabat Haji Plus dapat memilih program Haji khusus yang terdiri Haji Furoda dan Haji Plus. Bagi Sahabat Haji Plus yang memiliki budget pelaksnaan ibadah haji lebih dan enggan untuk menunggu waktu tunggu keberangakatan yang lama, Sahabat Haji Plus dapat memilih Haji Furoda. Biaya Haji Plus diperkirakan sekitar 3 kali lipatnya biaya Haji Reguler. Tentunya ini tak masalah bagi Sahabat Haji Plus yang memiliki budget lebih. Untuk kejelasan informasi selanjutnya perihal paket yang akan dipilih, Sahabat Haji Plus dapat menanayakan langsung kepada jasa Travel Haji Plus yang dipilih. Informasi lebih lengkap seputar Travel Haji khusus Surabaya, silahkan simak informasi dibawah ini.

Kota Bercahaya, Madinah Al – Munawaroh

Bagi Sahabat Haji Plus mungkin tak asing lagi saat mendengar nama Madinah Al munawaroh yang dikenal sebagi kota penuh makna dan histori di dalamnya. Selain itu, kota Madinah juga dikenal sebagai pusat penyebaran agama Islam. Hal ini dikarenakan dari kota inilah Islam menyebar ke seluruh penjuru dunia. Madinah Al Munawaroh juga menjadi salah satu tempat terakhir nabi Muhammad Saw di dunia ini. Nabi Muhammad Saw wafat di kota ini dan di makamkan berdekatan dengan rumahnya yang kini karena pelebaran Masjid Madinah masuk kedalam area masjid. Sebelumnya Madinah bukanlah kota idaman bagi perkembangan Agama islam. Akan tetapi, Madinah yang dulunya bernama kota Yatsrib ini sudah memiliki pengikut Agama Islam sejak sering melaksanakan haji ke Makkah dan berjumpa dengan Nabi Muhammad Saw. Tahukah Sahabat Haji Plus bahwa ternyata kota Madinah ini pada mulanya digambarkan sebagai kota yang penuh dengan wabah penyakit, gersang dan panas sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat Aisyah berkata : kami tiba di madinah, ia adalah bumi Allah yang paling banyak wabah penyakitnya (Hadist Riwayat Imam Bukhori)

Hijrah Nabi Muhammad ke kota ini merupakan awal sejarah keemasan bagi kota Madinah Al Munawaroh ini. Dampaknya terjadi pada banyaknya perubahan dalam pondasi kehidupan masyarakat di kota ini. kemudian Islam berkembang di dalam kota ini dengan pesat, nama kota ini pun berubah dari Yatsrib menjadi Madinah Al munawaroh dan di iringi dengan berakhirnya dendam antara dua kabilah yang berseteru yaitu suku Aus dan Khozroj, lalu mereka bersatu dalam sebuah nama Qur’ani yang akan selalu dijunjung tinggi selamanya yaitu Anshar. Berawal dari sanalah kelompok – kelompok dakwah dan pasukan-pasukan atau laskar – laskar jihad bergerak, hingga pada akhirnya mereka ikut terlibat dalam 2 peperangan besar yakni perang Uhud dan perang Ahzab (Parit), hingga kota Madinah dapat terbebas dari kaum Yahudi yang memerangi Islam, lalu mulailah para utusan dari jazirah Arab berdatangan untuk membaiat Rasulullah Saw.

Sepanjang sepuluh tahun kehidupan Nabi Muahmmad Saw di kota Madinah, membuat kota tersebut menjadi pusat cahaya keimanan, kebudayaan, serta perpolitikan. Oleh karena itu, wahyu yang turun disana dan pengarahan – pengarahan kenabian yang mengiringinya, membentuk pengetahuan dan prilaku yang memiliki budaya tinggi pada generasi para Sahabat dan membekali mereka risalah untuk disebarkan ke seluruh penjuru dunia. Bahkan setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw, kota Madinah masih tetap melanjutkan risalah keimanan dan pengetahuannya. Kota ini menjadi pusat pemerintahan Khulafa’ur Rasyidin serta ibukota Negara Islam yang berkembang dan tetap menjaga persatuannya dengan memerangi orang-orang murtad. Dari kota ini lah para sahabat mengirimkan para da’i dan pasukan penakluk ke seluruh penjuru dengan tetap mengaplikasikan warisan kenabian dalam kehidupan masyarakat, perilaku, serta pola pendidikan kepada anak-anak mereka, generasi tabi’in. Kota Madinah ini lebih sejuk dan nyaman dibanding kota Makkah, bangunan bangunannya pun lebih tertata rapi dan bersih. Jalan – jalan di kota Madinah berbeda dengan jalan – jalan di kota Makkah yang mendaki dan menurun, suasana yang tenang dan tentram juga terlihat dari masyarakatnya. Penduduk madinah lebih ramah dan santun.  Karena itulah tak heran apabila dalam benak Sahabat Hjai Plus terkadang timbul rasa untuk ingin menetap di madinah sampai akhir hayat menjemput.

Jangan Lupakan Vaksin Sebelum Berhaji

Kesehatan adalah kunci utama untuk dapat melakukan segala hal dengan lancar salah satunya melaksanakan ibadah haji. Untuk itulah, agar tubuh senantiasa segar bugar dan tak terserang penyakit, hendaknya tubuh memerlukan vaksin untuk mencegah bakteri ataupun virus yang dapat membahayakan bagi kesehatan tubuh. Seluruh calon jamaah haji juga diwajibkan memiliki sertifikat yang menyatakan bahwa telah melakukan vaksin. Ada beberapa jenis vaksin yang harus dilakukan oleh para calon jamaah haji sebelum berangkat ke tanah suci. Terdapat 3 vaksin yang diberikan kepada calon jamah haji. Satu vaksin yang wajib, sedangkan dua vaksin lainnya ialah vaksin yang disarankan. Apa saja jenis vaksin yang hendaknya dilakukan? Berikut lebih jelasnya. Biaya Haji Plus

  1. Vaksin Influenza

Vaksin influenza merupakan vaksin yang dianjurkan bagi jamah yang memiliki penyakit yang kronis. Jenis virus yang menyebabkan influenza berbeda-beda pada tiap tahunnya, sehingga vaksin yang diberikan pun disesuaikan dengan tipe tersebut. Vaksin influenza dianjurkan terutama untuk jamaah haji yang mengidap pengidap penyakit kronis seperti gangguan ginjal, sakit jantung, gangguan pernapasan, diabetes, dan gangguan sistem saraf. Pasien imunodefisiensi, pengidap penyakit metabolik, pengidap obesitas dan wanita hamil. Vaksin ini memiliki daya tahan selama satu tahun. Nah.. pahami baik baik ya teruntuk sahabat Haji Plus yang hendak berangkat ibadah haji.

  1. Vaksin Meningitis

Vaksin meningitis merupakan salah satu vaksin yang diwajibkan untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan penularan infeksinya yang cukup beresiko. Meningitis merupakan infeksi yang menyebabkan inflamasi pada selaput yang melindungi otak dan sumsum tulang belakang. Penyakit meningitis ini memiliki risiko yang tinggi terjadi di bagian tertentu di dunia, terutama negara Arab Saudi sebagai tempat umat muslim menunaikan ibadah haji. Karena, penularan infeksi meningitis cukup berisiko, apalagi ketika dalam kondisi penuh sesak pada puncak haji, pengurusan akomodasi, dan ketika dalam transportasi umum. Untuk mencegahnya, vaksin meningitis menjadi imunisasi yang diwajibkan oleh Kementerian Kesehatan Arab Saudi. Sertifikat yang menyatakan bahwa mereka telah mendapat imunisasi meningitis menjadi syarat bagi calon haji untuk mendapatkan visa.

Untuk gejalanya, gejala meningitis ini dapat menyebar dengan cepat. meyeramkan bukan? Gejala meningitis yang utama adalah nyeri kepala, leher kaku, kulit kemerahan, kesadaran menurun dan kejang-kejang. Pada mulanya penyakit ini hanya menimbulkan gejala ringan mirip flu namun dengan cepat bisa menjadi berat. Vaksinasi meningitis sebaiknya dilakukan minimal 10 hari sebelum keberangkatan. Karena apabila kurang dari itu sistem antibodi tidak bisa terbentuk sempurna. Vaksin meningitis ini sebenarnya tidak menimbulkan efek samping. Kalau pun ada hanya pada beberapa orang saja yang akan merasakan rasa sakit dan ruam di sekitar bagian yang disuntik paling lama dua hari. Selain kewajiban atas pemberian vaksin meningitis, Kementerian Kesehatan Arab Saudi juga menyarankan calon haji untuk mendapatkan vaksin influenza dan pneumonia sebelum berangkat.

  1. Vaksin Pneumonia

Vaksin Penumonia merupakan vaksin yang dianjurkan untuk calon jamaah yang berusia diatas 50 tahun. Penyakit yang umumnya disebabkan infeksi bakteri Streptococcus pneumoniae ini dapat dicegah dengan pemberian vaksin. Vaksin penumonia ini dianjurkan bagi calon jamaah haji dengan kondisi orang dewasa berusia 50 tahun ke atas, anak-anak dan orang dewasa pengidap penyakit kronis, seperti diabetes, asma, gangguan ginjal atau penyakit jantung. Vaksin ini memiliki daya tahan hingga 5 tahun. Ketiga vaksin ini (meningitis, influenze dan pneumonia) tidak boleh diberikan sekaligus. Dimana untuk vaksin meningingis dan influenza bisa diberikan dalam waktu bersamaan sedangkan vaksin pneumonia baru bisa diberikan sepekan setelah pemberian vaksin meningitis dan influenza.

Kegiatan di Puncak Ibadah Haji

Saat pelaksanaan ibadah haji yang dikenal dengan pelaksanaannya selama kurang lebih satu bulan, tentunya terdapat rangkaian kegiatan berhaji yang disebut puncak haji. Nah, tahukah Sahabat Haji Plus apa saja yang dilakukan saat puncak ibadah haji? Berikut lebih jelasnya.

Tanggal 8 Dzulhijjah (Hari Tarwiyah)

  1. Pada waktu Dhuha, jamaah haji berihram dari tempat tinggalnya dengan niat akan melaksanakan ibadah haji, ini bagi yang berniat haji tamattu’. Sedangkan bagi yang berniat haji ifrad dan qiron, ia tetap berihram dari awal.
  2. Setelah berihram, wajib menjauhi segala larangan ihram.
  3. Memperbanyak talbiyah.
  4. Bertolak menuju Mina sambil bertalbiyah.
  5. Melaksanakan shalat Zhuhur, ‘Ashar, Maghrib, ‘Isya’ dan Shubuh di Mina. Shalat-shalat tersebut dikerjakan di waktunya masing-masing (tanpa dijamak) dan shalat empat raka’at (Zhuhur, Ashar dan Maghrib) diqoshor.
  6. Mabit (bermalam) di Mina dan hukumnya sunnah.
  7. Memperbanyak dzikir kala itu seperti dzikir pagi dan petang, juga dzikir lainnya.

Tanggal 9 Dzulhijjah (Hari Arafah)

  1. Sesudah shalat Shubuh di Mina dan setelah matahari terbit, bertolak menuju Arafah sambil bertalbiyah dan bertakbir.
  2. Pada hari Arafah, yang disunnahkan bagi jama’ah haji adalah tidak berpuasa sebagaimana contoh dari Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  3. Jika memungkinkan, sebelum wukuf di Arafah, turun sebentar di masjid Namirah hingga masuk waktu Zhuhur.
  4. Jika memungkinkan, mendengarkan khutbah di masjid Namirah, lalu mengerjakan shalat Zhuhur dan Ashar dengan jamak taqdim dan diqashar dengan satu adzan dan dua iqamah.
  5. Setelah shalat Zhuhur, memasuki padang Arafah untuk melaksanakan wukuf.
  6. Ketika wukuf, berupaya semaksimal mungkin untuk berkonsentrasi dalam do’a, dzikir dan merendahkan diri kepada Allah.
  7. Menghadap ke arah kiblat ketika berdo’a sambil mengangkat kedua tangan dengan penuh kekhusyu’an.
  8. Saat wukuf, memperbanyak bacaan “Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli sya-in qodiir” dan bacaan shalawat.
  9. Tidak keluar meninggalkan Arafah kecuali setelah matahari tenggelam.
  10. Setelah matahari terbenam, bertolak menuju Muzdalifah dengan penuh ketenangan.
  11. Sampai di Muzdalifah, lakukan terlebih dahulu shalat Maghrib dan Isya’ dengan dijamak dan diqashar (shalat Maghrib 3 rakaat, sedangkan shalat Isya’ 2 raka’at) dengan satu adzan dan dua iqamah.
  12. Mabit di Muzdalifah dilakukan hingga terbit fajar. Adapun bagi kaum lemah dan para wanita dibolehkan untuk berangkat ke Mina setelah pertengahan malam.

Tanggal 10 Dzulhijjah (Hari Nahr atau Idul Adha)

  1. Para jamaah haji harus shalat Shubuh di Muzdalifah, kecuali kaum lemah dan para wanita yang telah bertolak dari Muzdalifah setelah pertengahan malam.
  2. Setelah shalat Shubuh, menghadap ke arah kiblat, memuji Allah, bertakbir, bertahlil, serta berdo’a kepada Allah hingga langit kelihatan terang benderang.
  3. Berangkat menuju Mina sebelum matahari terbit dengan penuh ketenangan sambil bertalbiyah/ bertakbir.
  4. Ketika tiba di lembah Muhasir, langkah dipercepat bila memungkinkan.
  5. Menyiapkan batu untuk melempar jumroh yang diambil dari Muzdalifah atau dari Mina.
  6. Melempar jumroh ‘aqobah dengan tujuh batu kecil sambil membaca “Allahu Akbar” pada setiap lemparan.
  7. Setelah melempar jumroh ‘Aqobah berhenti bertalbiyah.
  8. Bagi yang berhaji tamattu’ dan qiran, menyembelih hadyu setelah itu. Yang tidak mampu menyembelih hadyu, maka diwajibkan berpuasa selama 10 hari: 3 hari pada masa haji dan 7 hari setelah kembali ke kampung halaman. Puasa pada tiga hari saat masa haji boleh dilakukan pada hari-hari tasyrik (11, 12, dan 13 Dzulhijjah).
  9. Mencukur rambut atau memendekkannya. Namun mencukur (gundul) itu lebih utama. Bagi wanita, cukup menggunting rambutnya sepanjang satu ruas jari.
  10. Jika telah melempar jumroh dan mencukur rambut, maka berarti telah tahallul awwal. Ketika itu, halal segala larangan ihram kecuali yang berkaitan dengan wanita. Setelah tahallul awwal boleh memakai pakaian bebas.
  11. Menuju Makkah dan melaksanakan thawaf ifadhoh.
  12. Melaksanakan sa’i haji antara Shafa dan Marwah bagi haji tamattu’ dan bagi haji qiron dan ifrod yang belum melaksanakan sa’i haji. Namun jika sa’i haji telah dilaksanakan setelah thawaf qudum, maka tidak perlu lagi melakukan sa’i setelah thawaf ifadhoh.
  13. Dengan selesai thawaf ifadhoh berarti telah bertahallul secara sempurna (tahalluts tsani) dan dibolehkan melaksanakan segala larangan ihram termasuk jima’ (hubungan intim dengan istri).

Tanggal 11 Dzulhijjah (Hari Tasyrik)

  1. Mabit di Mina pada sebagian besar malam.
  2. Menjaga shalat lima waktu dengan diqashar (bagi shalat yang empat raka’at) dan dikerjakan di waktunya masing-masing (tanpa dijamak).
  3. Memperbanyak takbir pada setiap kondisi dan waktu.
  4. Melempar jumroh yang tiga setelah matahari tergelincir, mulai dari jumroh ula (shugro), jumroh wustho, dan jumroh kubro (aqobah).
  5. Melempar setiap jumroh dengan tujuh batu kecil sambil membaca “Allahu Akbar” pada setiap lemparan.
  6. Termasuk yang disunnahkan ketika melempar adalah menjadikan posisi Makkah berada di sebelah kiri dan Mina di sebelah kanan.
  7. Setelah melempar jumroh ula dan wustho disunnahkan untuk berdoa dengan menghadap ke arah kiblat. Namun, setelah melempar jumroh aqobah tidak disunnahkan untuk berdo’a.
  8. Mabit di Mina.

Tanggal 12 Dzulhijjah (Hari Tasyrik)

  1. Melakukan amalan seperti hari ke-11.
  2. Jika selesai melempar ketiga jumroh lalu ingin pulang ke negerinya, maka dibolehkan, namun harus keluar Mina sebelum matahari tenggelam. Kemudian setelah itu melakukan thawaf wada’. Keluar dari Mina pada tanggal 12 Dzulhijjah disebut nafar awwal.
  3. Bagi yang ingin menetap sampai tanggal 13 Dzulhijjah, berarti di malamnya ia melakukan mabit seperti hari sebelumnya.
  4. Tanggal 13 Dzulhijjah (Hari Tasyrik)
  5. Melakukan amalan seperti hari ke-11 dan ke-12.
  6. Setelah melempar jumroh sesudah matahari tergelincir, kemudian bertolak meninggalkan Mina. Ini dinamakan nafar tsani.
  7. Jika hendak kembali ke negeri asal, maka lakukanlah thawaf wada’ untuk meninggalkan Baitullah. Bagi wanita haidh dan nifas, mereka diberi keringanan tidak melakukan thawaf wada’. Thawaf wada’ adalah manasik terakhir setelah manasik lainnya selesai. (Sebagian besar diambil dari Meneladani Manasik Haji dan Umrah, 131-144)

Esensi Pelaksanaan Ibadah Haji

Sahabat Haji Plus hendaknya memahami bahwa mendahulukan kepentingan orang lain pada saat pelaksanaan ibadah haji ialah sebagai salah satu wujud semangat ukhuwah Islamiyah yang dilakukan. Dalam pelaksanaan ibadah haji, umat Islam dianjurkan untuk selalu berjamaah. Hal ini dikarenakan apabila semangat berjamaah dapat dilatih selama berada di Tanah Suci  dan dapat terbawa pada saat telah kembali ke Tanah Air, maka umat Islam akan dapat semakin memiliki iman yang kuat. Selain itu, pada saat pelaksanaan ibadah haji sudah seharusnnya Sahabat Haji senantiasa tolong menolong dan hendaknya tak boleh saling menjatuhkan. Seperti yang diketahui bahwa tujuan ibadah haji semua umat islam ialah sama, sehingga tak pantas apabila saling menjatuhkan satu sama lain ataupun menyakiti orang lain.

Pada saat Sahabat Haji Plus berada di Tanah Suci sebaiknya tak berlama – lama dalam melakukan ibadah di tempat – tempat yang dipercaya sebagai tempat mustajabnya doa hanya untuk sekadar memuaskan diri. Contohnya tempat di dekat makam Rasulllah Saw atau di Raudah di Masjid Nabawi Madinah. Begitu juga ketika mencium hajar aswad, hendaknya tak terlalu memaksakan diri serta berilah kesempatan kepada jamaah lainnya agar dapat merasakan hal yang saa. Ketika Sahabat Haji Plus berada di tempat – tempat yang dipercaya sebagai tempat mustajabnya doa itu, tentunya semua jamaah haji juga ingin berdoa di tempat tersebut. Apabila Sahabat Haji Plus telah merasa sudah cukup telah berdoa di tempat mustajab tersebut hendaknya Sahabat Haji Plus  memberikan kesempatan berdoa kepada selainnya yang ingin merasakannya juga. Karena perlu diketahui bahwa memberikan kesempatan orang lain untuk melakukan ibadah ialah termasuk ke dalam salah satu bagian dari ibadah. Luar biasa bukan?

Nah, itulah informasi seputar Travel Haji Khusus Surabaya untuk Sahabat Haji Plus sekalian. Hendaknya Sahabat Haji Plus yang hendak menunaikan ibadah haji tak lupa untuk menambah wawasan seputar ibadah haji. Hal ini bertujuan sebagai bekal Sahabat Haji Plus selama berhaji.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *